Menikahlah, Maka Engkau Menjadi Kaya




Jika kita (Kaum Adam) dianugerahkan badan semacho Rambo, kekuasaan sehebat Fir’aun dan kekayaan semelimpah Bill Gates, kemudian dihadapan kita tersedia ratusan perempuan yang siap untuk melayani nafsu kita, maka kepuasan tidak akan kita dapatkan.
Andai kalian wahai kaum Hawa diberikan body “se-sexy” Xena, kekuasaan sebesar Ratu Balqis dan kekayaan sebanyak Alice Walton, kemudian dihadapan kalian sudah menunggu ratusan lelaki hidung belang yang siap beraksi, maka kepuasan (sekali lagi) tidak akan kalian dapatkan. Mengapa ….?
Ali Ath Thantowi mengatakan syahwat itu ibarat air bah yang siap untuk meluluh-lantahkan. Tak peduli didepannya ada gedung maupun gubuk. Nafsu itu bagaikan bom yang siap untuk diledakan. Tak peduli waktu siang atau masa malam. Namun menikah adalah solusi agar air tetap bermanfaat sesuai peruntukannya, agar bom dapat meledak sesuai masanya.
Menikahlah, maka engkau menjadi kaya. Kelihatannya judul diatas terlalu tendensius. Apalagi di tengah kehidupan sekarang yang serba materi. Belum lagi gaya hidup hedonis, permisiv dan “sok logis” yang sukses membawa sampah-sampah peradaban baru.
Aku belum punya rumah dan belum punya mobil adalah beberapa alasan yang kadang dijadikan justifikasi. Ada juga yang mengatakan“Untuk mencukupi diri sendiri saja susah bagaimana menanggung anak orang? Yah, beginilah susahnya paradigma hidup bangsa sinetron.
Dalam Al Qur’an Allah mengatakan: “Kawanilah orang-orang yang sendirian diantara kamu …. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui” (lihat QS: 24: 32)
Sang utusan-Nya, Muhammad SAW dalam banyak haditsnya pun mengatakan hal serupa. Nasi satu piring cukup untuk dua orang, nasi dua piring cukup untuk empat orang dan berikut terus kelipatannya. Percayalah menikah itu bukan angka matematis namun wilayah keberkahan. Jadi materi jangan (terlalu) dipikirkan. Ingat, materi tetap dipikirkan tapi jangan menjadi penentu. Stop materi sebagai berhala baru.
Menikahlah, maka engkau menjadi kaya. Hal inilah yang saya alami sendiri. Belum dua tahun menikah, ternyata kami sudah menjadi kaya raya. Minimal kaya pengalaman, punya istri dan anak (tentunya juga mertua). Dan yang lebih besar lagi yaitu kaya iman. Ketahuilah bahwa menikah adalah menyempurnakan setengan agama. Subhanallah … luar biasa!.
Bagaimana untuk kekayaan materi? Alhamdulillah, segala puji bagi Allah (khusus untuk saya) dengan menikah kini sudah memiliki perlatan dapur yang “memadai” (sangat-sangat berbeda dibanding ketika masih lajang), mainan anak-anak yang dulu gak pernah terpikirkan, seperangkat komputer dan TV. Ada juga sepeda motor yang menemani kemana pun pergi dan sebuah rumah walaupun masih hutang disana-sini. Tentu masih ada ribuan kenikmatan yang tidak bisa dieja disini.
Lantas, bagaimana dengan permasalahan? Hidup adalah tumpukan masalah, namun itulah dinamikanya yang membuat hidup lebih “hidup”. Sendiri punya masalah, menikah punya masalah. Karena hanya ada dua pilihan, maka yang terbaik adalah menikah, karena dengannya masalah bisa disharing dan kemudian dicari solusinya.
Tentu semuanya tidak Bim salabim ada kadabra. Ada begitu banyak buku yang dapat memberikan kekayaan wawasan tentang pernikahan.Menuju Pernikahan Barokah, Di jalan Dakwah Aku Menikah adalah salah duanya. Gali terus ilmunya, resapi bersama-sama dan amalkan. Selamat menempuh hidup baru. Baarakallahu laka …. Wallahua’lam
(Judul terinpirasi dari buku karya penulis produktif, Muhammad Fauzil Adzim)

1 Komentar:

  1. menikah itu ternyata berkah dan membawa kebahagian jika lurus niatnya

    BalasHapus