Memilih ‘Kacamata’




KACAMATA MEMANG tidak harus nangkring di atas hidung jika mata masih sehat dan dapat bekerja sendiri. Sebab kacamata hanya akan membuat pandangan kita tidak obyektif dan terbatas oleh ‘lingkaran frame’. Kacamata itu sendiri, walaupun kita akan merasakan dapat melihat secara ‘agak lebih baik’.
Apa-apa yang kita lihat lewat kacamata akan tergantung pada model kacamata yang kita pakai. Kacamata biru akan menampakkan obyek berwarna biru, kacamata kuning akan membuat kuning apa yang di lihat. Ada banyak ‘kacamata’ yang dapat kita jumpai saat ini. Ada kacamata hitam, kacamata modis, kacamata baca, kacamata untuk berkendaraan dan sebagainya. Dan masih ada model kacamata lain, yakni kacamata seni, kacamata agama, kacamata hukum, kacamata ekonomi, kacamata politik dan banyak kacamata lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat kita saat ini, banyak telah ‘kehilangan’ penglihatannya yang benar. Sibuk dengan’kacamata baru’ yang ia pilih untuk melihat dunia dan hidupnya. Masing-masing akan membenarkan apa yang ia lihat dan membelanya. Kalau kacamata yang dipakai berbeda bagaimana? Ya jelas akan ricuh. Yang memakai kacamata seni akan melihat fenomena ‘pamer pusar’, goyang ngebor, demam facebook sebagai ekspresi seni yang indah dan harus di hargai, yang pakai kacamata intertainment melihatnya sebagai sesuatu yang laku dijual sehingga menguntungkan. Yang pakai kacamata pendidikan akan melihatnya sebagai ‘ancaman’ bagi generasi bangsa. Yang pakai kacamata ‘keranjang’, pasti senang.
Begitu juga dengan maraknya aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa karena akan ada kenaikan BBM meskipun di tunda. Banyak pihak memandangnya dengan kacamata berbeda. Yang pasti, kacamata mahasiswa tentu berbeda dengan kacamata penguasa. Kaca mata syariat tentu menghasilkan pandangan yang berbeda pula. Terus dimana dan kapan titik temu penyelesaiannya? Apa yang salah?

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). “ (QS. An-Naml : 4)

Sebagai manusia yang tak berkuasa di dunia yang tak terprediksikan ini, kita punya alasan dan ‘latar belakang’ yang sama atas keberadaan kita di dunia ini. Seharusnya kita melihat segalanya dalam kerangka itu, dalam frame ‘kacamata’ itu. Dengan begitu kita dapat melihat segalanya secara obyektif dan jernih sehingga dapat mencari solusinya sesuai petunjuk Sang Pengatur alam ini.
Sebenarnya kita telah dibekali kacamata dalam diri kita. Kacamata yang bening, yang dapat merasakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah. Setiap kita pasti punya itu, karena itulah fitrah kita. Selain itu kita juga di beri 2 ‘buku’ pedoman, Al Qur’an dan As Sunnah, sebagai pengatur dan penguat sinyal kacamata itu. Kebersihan dan kebeningan kacamata itu juga akan terjaga dengan amal ibadah yang kita lakukan dengan ikhlas. Jadi tunggu apa lagi, pakaialah kembali itu.

Sumber : Majalah Nikah, Kolom Abah Ed. 03 th II 2003

0 Komentar:

Posting Komentar