Sungguh Indah, Sekali Bertemu Langsung Menikah..



Menikah adalah mudah bagi sebagian orang, tetapi boleh jadi sulit bagi sebagian yang lain. Tetapi saya sendiri merasakan kemudahan itu. Bagaimana tidak, sekali bertemu langsung menikah. Ini ceritanya,

Malam hari raya idul fitri saya dapat mandat nyopiri kiai saya ke Rembang Jateng, sowan ke ndalem KH. A.Musthofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus.

Setelah acara usai kiai saya mengajak mampir dan makan lontong tuyuan yang tidak jauh dari kota Rembang. Kemudian kiai saya bertanya,

“Kamu sudah waktunya menikah, apa mau saya kenalkan?”

“Nggih purun (ya mau)” jawabku menimpali

“Begini, saya punya teman kiai di dekat desa ini. Beliau punya keponakan yang hafal al-Qur’an dan baru keluar dari pesantren. Umurnya sekitar 19 tahun. Nanti aku kenalkan, kalau misalnya nanti kamu suka langsung bilang ke saya, itupun kalau dia juga mau”

“Saya nurut saja”

Setelah makan, kami langsung meluncur ke TKP…hanya 5 menit sudah sampai. Terus terang saja perasaan masih campur aduk. Pertemuan dengan kiai sudah usai. Kini tinggal mempertemukan saya dengan si dia.

“Hah..ternyata agak grogi juga” gumamku.

Ketika benar-benar dipertemukan dengan tujuan untuk saling berkenalan justru sama diamnya. Tidak tahu harus bicara apa. Namun, saya kemudian memperkenalkan diri bahwa saya hanya anak desa biasa yang ikut membantu di rumah kiai. Tidak punya sepeda motor, hanya sepeda.

Dia juga memperkenalkan diri mengenai kehidupan dia mulai kecil di pesantren.

Time Out. Waktu yang diberikan sudah habis. Kini tinggal menunggu jawaban kami berdua. Kiai saya langsung bertanya,

“Bagaimana, mau?”

“Bismillah !!! saya mau”

Dia pun mengatakan hal yang sama.

Sehari setelah pertemuan itu saya langsung pulang ke desa. Matur dan sowan kepada kedua orang tua. Beliau berdua setuju. Hal ini, karena tradisi pernikahan di keluarga kami tidaklah mewah. Yang terpenting ada walimah dan mengundang kerabat dan tetangga.

Banyak yang memahami walimatul ‘Urs adalah pesta. Padahal walimah adalah nama semua jamuan makan yang disuguhkan kepada tamu. Yang ironis, banyak yang berhutang jutaan untuk mengadakan walimah. Setelah menikah justru menanggung hutang.

Keluarga saya kemudian bertemu dengan keluarga calon istri saya untuk menentukan tanggal pernikahan. Disepakati 2 minggu setelah pertemuan itu.

Benar. Setelah semua urusan dengan KUA selesai, kami melangsungkan pernikahan. Saya sudah punya SIM (Surat Izin Meniduri) dan lain-lain. Hehe…

Ternyata. Cukup indah sekali berpasangan hidup walupun tanpa pacaran. Cinta berkembang seiring dengan berjalannya waktu diiringi gemricik air hujan…Ahay….

Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com

0 Komentar:

Posting Komentar