Hikmah yang Menghibur


Hari-hari ini ada penyanyi kondang yang menjadi tambah kondang saja yaitu Lady Gaga, sampai-sampai teman saya seorang ustadz yang seumur-umur tidak mengenalnya-pun kini ikut mendalami tentang siapa Lady Gaga ini – agar dia bisa menentukan sikapnya terhadap isu yang berkembang. Saya sendiri melihatnya bahwa ini adalah puncak gunung es dari rendahnya kwalitas hiburan yang ada di masyarakat. Meminjam istilah Dr. Yusuf Qaradhawi yang mengambil dari ucapan Ali bin Abu Thalib RA, sudah waktunya kini kita perlu mencari ‘Hikmah Yang Menghibur’.

Ketika yang ada adalah hiburan kwalitas rendah yang mengumbar hawa nafsu, tontonan dengan tampilan dan perilaku menyembah setan - maka itulah yang dikira tontonan yang menghibur itu oleh masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga demikian, coba nyalakan televisi kita pada jam berapa saja di saluran mana saja. Anda akan dengan mudah jumpai berbagai tontonan yang sebenarnya tidak layak tonton. Kebohongan yang menjadi lelucon, menjailin orang hanya untuk bahan tertawaan, drama-drama hedonis yang membuat masyarakat bermimpi, menggunjing untuk sumber berita dlsb, dianggap biasa.

Lady Gaga memang bermasalah, acara-acara televisi yang ada juga penuh masalah – so what ? selama kita tidak bisa memberikan alternatif yang lebih baik – maka itulah yang akan tetap menjadi tontonan di masyarakat , yang dianggap menghibur itu.

Ironinya di negara asal mereka juga sudah lama ada sekelompok orang yang memandang tontonan yang ada di masyarakatnya bermasyalah, lantas mereka membuat alternatifnya. Di tengah opera sabun kwalitas rendah yang merajalela di saluran televisi Amerika, lahirlah tontonan berkwalitas seperti National Geographic misalnya.

Hal yang sama terjadi di Eropa ketika Jerman dan Perancis melahirkan televisi ARTE yang fokusnya pada budaya dan peradaban. Mereka tidak segan misalnya mengirimkan satu bis crew-nya dari berbagai negara untuk datang ke Jonggol hanya untuk mendokumentasikan filosofi ternak kambing, mereka menganggap ada sisi-sisi menarik yang bisa menjadi pelajaran bagi penontonnya.

Maka inilah tantangannya bagi kita di tengah ketidak setujuan kita terhadap tontonan semacam Lady Gaga, semacam hiburan-hiburan yang tidak layak tonton bagi keluarga kita dari berbagai saluran televisi yang ada – mampukah kita memberi alternatifnya ?

Sekian banyak teman-teman saya memutuskan untuk tidak menonton televisi, bahkan tidak menyediakan televisi bagi keluarganya. Ini adalah alternatif ketika tidak ada acara televisi yang dianggapnya bisa mendatangkan kebaikan, atau lebih banyaknya mendatangkan kemudharatan bagi keluarganya.

Alternatif ini valid ketika membuat televisi sendiri yang Islami mahal, sulitnya perijinan, dan kemungkinan penontonnya tidak banyak sehingga tidak bisa mendatangkan iklan yang cukup untuk membiayai operasinya dlsb. Jangankan televisi, masjid kami dahulu berencana membuat radio saja terkendala oleh perijinan, biaya dlsb.

Tetapi teknologi terus berkembang, internet broadband yang sekarang sudah bisa dinikmati orang di sebagian wilayah di Jakarta misalnya – dalam waktu yang tidak lama lagi akan meluas sebagaimana meluasnya handphone di masyarakat. Saat itulah peran televisi yang ada di masyarakat akan berubah.

Yang semula acara-acara TV adalan one way and one for all; satu arah dan satu acara untuk semua – menjadi acara-acara yang interaktif dua arah, masing-masing keluarga bisa menyusun acara TV untuk keluarganya sendiri. Keluarga bisa memilih tontonan apa yang akan tersaji di rumahnya dan ditonton pada jam berapa, semua menjadi memungkinkan dengan TV berbasis internet.

Saat inipun teknologi untuk membuatnya sangat mudah, semudah saya membuat web ini misalnya. Namun sama juga dengan web, ketika semua orang bisa membuat web – tidak semua web dikunjungi orang. TV Online juga demikian, membuatnya mudah – mengisi content-nya yang menarik sehingga dikunjungi orang – itulah tantangannya.

Namun satu hal jelas, kini kita bisa menghadirkan tontonan untuk kita sendiri. Bila kita ingin hiburan yang seperti ucapan Ali Bin Abu Thalib RA “Hati itu sungguh bisa merasa lelah sebagaimana lelahnya fisik. Karena itu, carilah hikmah yang menghibur” – insyaallah dengan teknologi yang ada kini kitapun bisa.

Maka ‘Hikmah Yang Menghibur’ itulah alternatif tontonan yang insyaAllah bisa kita hadirkan bersama.

Kita bisa kerahkan para ahli ilmu pengetatahuan kita, ahli Al-Qur’an kita, ahli pengobatan kita, ahli pertanian kita, ahli ekonomi kita dlsb-dlsb. untuk bisa menyampaikan ilmu-ilmu mereka menjadi tontonan yang menghibur. Sehingga ketika sekeluarga kita menonton acara televisi bareng, sejatinya keluarga kita sedang belajar, sedang mengaji, sedang mencari inpirasi usaha dlsb.

Itulah tontonan yang nantinya akan membawa perubahan peradaban, sebagaimana televisi dan media telah mengubah peradaban kita selama setengah abad terakhir. Maka jangan kita biarkan yang mengubah peradaban kedepan adalah sinetron-sinetron bualan, kebohongan yang menjadi bahan tertawaan atau bahkan Lady Gaga yang berpenampilan sebagai pemuja setan.

Bila Anda adalah orang-orang kreatif dibidang media perfileman, televisi, guru/dosen, ekonom, ustadz, dlsb. – insyaallah kini Anda bisa menghadirkan perubahan itu. Sendiri-sendiri atau bersama kami, kita hadirkan ‘Hikmah Yang Menghibur’ itu.

Cikal bakal atau draft ‘Hikmah Yang Menghibur’ itu kami mulai online-kan pada situs-situs ALFATIH.TV dan HIJRAH.TV untuk mengetes kekuatan server dlsb., nantinya diharapkan bisa hadir dengan content yang lebih variatif dan menarik dan bahkan dengan nama situs-situs yang Anda buat sendiri.

Seperti yang saya sampaikan di atas, membuat televisi kini semudah membuat web – hanya content-nya nantinya yang membedakan mana yang ditonton orang dan mana yang tidak. Maka pada kesempatan ini saya mengundang seluasnya bagi Anda yang tertarik dan sekiranya bisa membantu kami membuat content yang menghibur tetapi penuh hikmah.

Bayangkan peluang yang hadir bersama teknologi ini sesungguhnya. Industri kreatif lebih mudah tumbuh, ilmu pengetahuan dan pengetahuan praktis lebih mudah diserap dan menyebar, nilai-nilai Islam lebih mudah disampaikan secara luas, muamalah bisa dijalin secara lebih luas dlsb-dlsb.

Yang kita perlu lakukan adalah berbuat yang kita bisa, sehingga ketika kita tidak setuju sesuatu – kitapun mampu memberikan alternatifnya. InsyaAllah kita akan bisa menolak tontonan yang memuja setan, tontonan yang menurunkan kecerdasan dengan tontonan yang penuh hikmah dan menghibur….InsyaAllah.

Penulis adalah Direktur Gerai Dinar, kolumni hidayatullah.com

0 Komentar:

Posting Komentar