Menikah itu Indah, Penuh Warna & Berjuta Rasa



Menikah itu Indah, Penuh Warna & Berjuta Rasa. Tak terasa sudah hampir empat tahun kita bersama, mengarungi kehidupan keluarga. Ada suka, duka, canda dan tawa dan berjuta rasa lainnya. Indahnya perkawinan kita reguk bersama. Walau awalnya tak semudah yang dibayangkan.

Belum menikah diakhir umur kepala dua adalah suatu hal yang menakutkan. Pertanyaan keluarga, tetangga dan sanak saudara, kadang membuat kuping memerah. Aku mengalami masa itu dan tersiksa rasanya. Sendiri, sepi, hanya melamun dan berangan-angan.

Kurang apa usahaku dalam mencari jodoh. Ikut pengajian, kumpul-kumpul dengan teman, bahkan ikut-ikutan jadi penggemar kota tua aku lakoni hanya untuk bertemu mahluk yang namanya laki-laki. Hari-hariku sibuk memperluas jaringan. Aku memahami betul kalimat ini : wanita baik-baik, hanya untuk laki-laki baik-baik, maka pencarianku dimulai dari pengajian ke pengajian. Sambil menyelam banyak ilmu yang aku dapatkan. Walau badan rasanya pegal-pegal setelah seharian bekerja, aku tetap berusaha menyempatkan datang ke majelis ilmu. Ya mudah-mudahan doaku terkabul.

Aku menyadari tanpa tekad dan kemauan, seseorang tidak akan berhasil. Dulu setamat SMA aku bingung harus kemana. Ketika yang lainnya asyik enekuni buku-buklu kuliahnya, aku masih harus berjuang menggapai impianku. Namun dengan doa dan keyakinan, semua aku jalani. Akhirnya, walau harus kehilangan jam istirahat, selesai juga sarjanaku. Gelar itu akhirnya aku sandang, bukan untuk berbangga-bangga, tapi penghargaanatas kerja keras selama ini. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Sujud syukurku padaMu,

Engkau yang selalu mendengar doa-doaku, mengabulkan permintaanku, sudah sepatutnya aku tunduk patuh padaMu. Sama halnya dengan jodoh, usahakupun penuh perjuangan. Hidup tidak akan berubah jika kita tidak ingin merubahnya. Aku tidak akan duduk diam menunggu jodoh datang menghampiri. Butuh usaha dan kemauan dan tentunya bersabar setelah semua usaha tlah dilakukan. Pasrahkan saja kepadaNya
sesuai kehendaknya. Yang Maha Pembuat Rencana pasti telah menyiapkan sesuatu yang indah nantinya. Setelah semua usaha telah aku lakukan, akupun berserah diri, memohon dan berharap keajaiban itu datang. Dan benar hal itu terjadi, sms itu tiba-tiba datang mengejutkan, dari pengasuh pengajian, mengabarkan awal perkenalan dengan seorang ikhwan. Alhamdulillah, itu yang ditungu-tunggu, tapi mengapa aku jadi deg-degan, gelisah dan bingung, entahlah pokoknya semua rasa jadi satu. Senang dan cemas bercampur aduk.

Benarkah ini, siapa dia, berapa umurnya, tinggal dimana, apa kerjanya, bagaimana keluarganya.
Aduh.. kenapa jadi ragu-ragu begini. akhirnya pertanyaan-pertanyaanku terjawab. Umurnya tujuh tahun diatas aku, cukup dewasa. Kami dipandu pengasuh, sepasang suami istri yang mengabdikan hidup mereka untuk mempertemukan orang-orang seperti kami. Sudah banyak kawan-kawanku yang berjodoh melalui perantara mereka. Terima kasihku tak terputus-putus untuk mereka yang telah mengabdikan hidupnya untuk kepentingan orang lain. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada abang dan teteh berdua.

Kami melakukan taaruf dua kali selang waktu seminggu. Taaruf yang pertama aku gencar bertanya seputar dirinya dan aku puas dengan semua jawabannya. Karena masih ingin mengenal satu sama lain, maka kami melanjutkan ke taaruf berikutnya seminggu kemudian. Taaruf kedua ini yang menentukan perjalanan kehidupan kami. Sebelum pertemuan itu, tak henti-henti aku berdoa, memohon petunjukNya melalui shalat istikharah. Aku mohon diberikan keyakinan, dan ketetapan hati, untuk melanjutkan atau menyudahi taaruf nanti. Alhamdulillah, semua berjalan lancar, taaruf kedua aku bersedia menikah dengannya. Maka tidak ada lagi taaruf berikutnya, yang ada adalah lamaran langsung kekeluarga.

Aku ingat betul, dia melamarku didepan keluarga besarku tepat hari pertama bulan Ramadhan, dan kami sepakat menikah setelah dua minggu Idul Fitri berlalu. Singkat tapi penuh makna. Kami merasa sudah sama-sama dewasa sehingga tidak perlu menunda-nunda untuk menikah. Tujuan kami sama, mencari RidhoNya. Terima kasih ya Allah, telah kau berikan aku pendamping yang sabar, yang selalu berbicara lemah lembut, yang membuat aku merasa dicintai. Ya Allah betapa Engkau mencintaiku, Kau kabulkan semua doa-doaku. Kau limpahkan begitu banyak kenikmatan kepada kami. Semoga rumah tangga kami barokah, sakinah, mawaddah dan warohmah.

Walaupun sampai saat ini kami belum memiliki keturunan, tapi kami yakin akan rencanaMu. Jadikanlah kami orang yang bersabar. Kuatkanlah hati ini ya Allah. Jauhilah kami dari berprasangka buruk padaMu. Semua orang memiliki ujian masing-masing sesuai dengan kadarkeimanannya. Aku anggap semua ini adalah ujian. Jodoh , ajal, rezeki, semua sudah ditetapkan. Semoga aku dapat menerimanya dengan ikhlas.
Jadi jangan pernah menyerah teman-temanku, jodoh kalian telah ditetapkanNya. Jangan pernah lelah untuk berharap, karena harapan-harapan itu yang membuat kita semakin kuat. Semoga tulisan ini juga bermanfaat bagi kalian yang masih ragu-ragu untuk menikah. Yakinlah bahwa menikah itu indah, penuh warna dan berjuta rasa.

Seperti yang diceritakan dari salah seorang
santri di Pesantren Daarut Tauhid Bandung

0 Komentar:

Posting Komentar